Kuboki menargetkan pasien yang berstatus kritis nyaris meninggal, sehingga mereka akan mati pada saat giliran.Pembunuhan itu ia lakukan karena dirinya hendak mengatur waktu kematian korban.
Perbuatannya terungkap ketika ia ditangkap pada Sabtu 7 Juli 2018 atas dugaan membunuh Sozo Nishikawa (88) dengan cara diracun menggunakan antiseptik melalui infus di Rumah Sakit Oguchi, Yokohama pada 2016 silam.
Polisi kemudian mulai menyelidiki kematian Nishikawa, yang kemudian mereka putuskan meninggal karena keracunan dari senyawa antiseptik yang sama.
Nishikawa meninggal pada 18 Septemeber 2016. Dokter awalnya mengira, Nishikawa tutup usia karena penyebab alami.Dua hari kemudian, 20 September 2016, teman sekamar Nishikawa di Rumah Sakit Oguchi, Nobuo Yamaki (88) juga meninggal.
Selain itu, ada dua pasien lain yang memiliki zat benzalkonium klorida di tubuh mereka. Semakin mengejutkan ketika kedua pasien itu meninggal dalam rentang waktu yang berdekatan dengan kematian Nishikawa dan Yamaki.
Menurut perawat lain melihat gelembung di infus Yamaki. Hasil otopsi menemukan tingkat tinggi benzalkonium klorida atau antiseptik di tubuh korban.
Kuboki memperoleh lisensi perawat pada 2008 dan bekerja di rumah sakit lain sebelum bergabung dengan Oguchi pada Mei 2015. Polisi mengatakan mereka tidak akan pernah tahu pasti jumlah korban sebenarnya, karena hampir semua mayat dikremasi.
Kendati demikian, polisi meyakini bahwa Kuboki mungkin juga membunuh pasien lain yang tidak berstatus kritis. Kepolisian Jepang menyebutkan Setidaknya ada 48 pasien meninggal di Rumah Sakit Oguchi, Yokohama dalam rentang tiga bulan yang berakhir pada September 2016.
Menurut Rekan lain, dari rumah sakit tempat kerja Kuboki sebelumnya, mengatakan bahwa Kuboki adalah tipe orang yang sulit untuk memikirkan apa yang sebenarnya dia pikirkan, tetapi dia dianggap kompeten.
No comments:
Post a Comment