BH 24Jam - Danau Toba tetap menampilkan keindahannya setelah terjadianya tragedi karamnya Sinar Bangun di danau tersebut.
Tumpukan bunga dalam kemasan kantong plastik kecil berjajaran di meja. Ada juga dalam bentuk rangkaian, ikatan sejumlah tangkai. Bunga ini untuk ditabur di perairan Danau Toba keluarga per keluarga,
Di sudut lain, sejumlah buku Yasin disediakan. Sajadah dibentangkan di atas tikar, juga ada tempat berwudu, persiapan untuk menunaikan salat Gaib.
Pemerintah Kabupaten Simalungun yang punya hajatan. Ritual keagamaan, Islam dan Kristen, memanjatkan doa untuk ketenangan arwah dan ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Di tengah keluarga korban Alif Septian asik mengisap jari tangannya di mulut dalam gendongan. Lebih suka dari kompeng. Ketika dilepas, dimasukkan lagi. Dilepas lagi, kedua tangannya bereaksi. Seakan protes.
Tingkah lucu dan Gemas yang diwarnai haru mendalam atas nasib yang menimpa kedua orangtuanya, khususnya kakek dan neneknya, Muhammad Saleh (51) dan Muntia (50).
Orang tua dari bayi lucu ini menjadi korban tragedi sinar bangun pada 2 pekan lalu adalah Donni Septian (28), dan ibundanya Airinsyah (29), belum ditemukan saat tenggelam di perairan Danau Toba, Senin, 18 Juni 2018, pukul 17.10 WIB.
Duka Saleh dan Muntia makin mendalam karena adik Donni, Juriko (23) bersama istrinya Suyeni (21), dan anaknya Riki Dirgantara (3) turut dalam musibah memilukan itu. Dua bersaudara itu sedang pergi berlibur merayakan Lebaran 2018 ke Kabupaten Samosir, bersama kerabatnya berjumlah enam orang.
Malang, KM Sinar Bangun 6 yang ditumpangi dari Pelabuhan Simanindo Samosir menuju Pelabuhan Tiga Ras Simalungun terbalik dan tenggelam menjelang 1 mil dari tujuan. Pemerintah melalui Basarnas dan instansi lainnya dengan peralatan berteknologi tinggi bergabung melakukan upaya pencarian dan pertolongan.
Awalnya tidak mampu menerima kenyataan pahit yang menyedihkan itu, bahkan mempertanyakan ketetapan yang telah terjadi pada anaknya dan diri mereka kepada Allah.Garis keturunan mereka nyaris habis. "Hanya tinggal si Alif ini," sebutnya lirih.
Mereka juga mengaku sering menitikkan air mata saat memandang cucunya yang sedang tidur pulas, terharu dengan ketidakrewelannya dan nasibnya kelak.
Saleh mengaku masih merasakan adanya beban berat bila Alif nantinya menanyakan keberadaan orang tuanya dan reaksi dari cucu semata wayangnya itu. Sekarang ini, Alif menjadi penghibur duka. Entah bagaimana perasaannya kelak ketika sudah besar.
No comments:
Post a Comment